Malaikat Maut Menangis Saat Cabut Nyawa Perempuan Ini, Apa Yang Dilakukannya Mengejutkan!!!


Malaikat Maut sempat menangis saat mencabut nyawa seorang wanita. Kisahnya yang mengharukan terdaftar dalam Tadzkirah oleh Imam Qurthubi.


“Aku sempat menangis saat mencabut nyawa seseorang wanita, ” kata Malaikat Maut. “Saat itu ia baru saja melahirkan di padang pasir. Saya menangis waktu mencabut nyawanya lantaran mendengar bayi itu menangis dan tidak ada seorang juga ada di sana. ”

Tidak ada sepengetahuan Malaikat Maut, lantaran ia hanya ditugaskan untuk mencabut nyawa, Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu menyelamatkan bayi itu dengan langkahnya hingga kemudian ia tumbuh besar dan sehingga seseorang ulama yang dicintaiNya.


Dalam narasi yang lain diceritakan cerita yang tidak sama. Malaikat Maut ditugaskan mencabut nyawa seseorang wanita yang tenggelam di sungai. Yang membikinnya menangis, wanita itu mempunyai dua anak yang tetap tetap kecil. Ke-2 anak itu tidak ditakdirkan meninggal dunia hingga mereka selamat hingga ke tepian, bahkan juga Malaikat Maut ikut menolongnya menepi.

Saksikan dua anak yang tetap tetap kecil itu, Malaikat Maut menangis lantaran ia wajib mencabut nyawa ibunya. Mereka bakal sehingga anak-anak sebatang kara.
Th. untuk th. berlalu, dua anak itu seusai itu tumbuh dewasa. Dan dengan izin Allah, ke-2 anak itu keduanya sama sehingga raja di dua daerah yang tidak sama.

" Kami tidak sempat tahu kapan Malaikat Maut bakal tiba mencabut nyawa. Satu yang pasti, bakal tidak ada yang bisa memajukan dan menunda ke'ma'ti'an sesaatpun waktu Allah telah memutuskan waktunya.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Semasing umat mempunyai batas waktu ; sehingga apabila telah datang waktunya mereka tidak bisa mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak bisa (juga) memajukannya. (QS. Al A’raf : 34)

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Katakanlah : “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tdk (juga) faedah pada diriku, tetapi apa yang dikehendaki Allah”. Semasing umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, sehingga mereka tidak bisa mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (juga) mengutamakan (nya). (QS. Yunus : 49)

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak bakal menangguhkan (ke'ma'ti'an) seorang apabila telah datang waktu ke'ma'ti'an'nya. Dan Allah Maha Tahu apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munafiqun : 11)

Bahkan juga mesikipun Malaikat Maut iba juga, faktor seperti itu takkan menunda ke'ma'ti'an yang telah dijadwalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’la.

Tetapi, kami juga tidak bisa begitu takut dengan hari esok anak-anak dan keturunan kita. Mereka nasib, tumbuh dan besar tidaklah lantaran kami tetapi atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti cerita di atas, bahkan juga ditinggal oleh orangtuanya walau, Allah yang bakal bikin perlindungan mereka.


Yang sehingga butuh kami buat persiapan dan lebih kami perhatikan yaitu bekal kami hadapi ke'ma'ti'an. Siapkah kami hadapi alam barzakh. Siapkah kami hadapi hari kebangkitan. Siapkah kami hadapi yaumul hisab waktu semua amal kami dibuka di hadapan semua makhluk. Telahkah kami fikirkan, bila Malaikat Maut datang lewat tutorial mendadak pada kita, di mana rumah kami nantinya ; surga alias neraka?
LihatTutupKomentar