Menyia-nyiakan Orangtua Sama Saja Merobek-robek Tiket Masuk Surga


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS Al-Israa’: 23)

Adakah penyanyi religi yang anda sukai? Misalkan anda penggemar berat lagu-lagu Wali Band, suatu ketika anda mendapat tiket gratis menonton konser Wali band sekaligus makan dan foto bersama, bahkan tiket transportasi pulang pergi dan biaya penginapan di hotel juga diberikan, Bagaimana perasaan anda? Pasti senangkan? Akan digunakankah tiket tersebut? Bukankah amat sayang jika tiket gratis tersebut disia-siakan dan tidak dipakai?

Begitulah kira-kira gambaran orang-orang yang melalaikan orangtuanya, padahal banyak dari kita mengaku bercita-cita ingin masuk surga dan selalu berdoa mengharap surga dan segala kenikmatan di dalamnya, tapi kok tiket ke surganya malah disia-siakan! Sadarkah kita bahwa orangtua kita adalah tiket ke surga bagi diri kita?

Dalam sebuah hadits riwayat sahabat Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

"Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya." (HR. Ahmad)

Ketika menerangkan hadits diatas, Imam Al Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi menjelaskan,

والمعنى أن أحسن ما يتوسل به إلى دخول الجنة ويتوسل به إلى وصول درجتها العالية مطاوعة الوالد ومراعاة جانبه , وقال غيره : إن للجنة أبوابا وأحسنها دخولا أوسطها , وإن سبب دخول ذلك الباب الأوسط هو محافظة حقوق الوالد

“Makna hadis, bahwa cara terbaik untuk masuk surga, dan sarana untuk mendapatkan derajat yang tinggi di surga adalah mentaati orang tua dan berusaha mendampinginya. Ada juga ulama yang mengatakan, ‘Di surga ada banyak pintu. Yang paling nnyaman dimasuki adalah yang paling tengah. Dan sebab untuk bisa masuk surga melalui pintu itu adalah menjaga hak orang tua.’ (Tuhfatul Ahwadzi, 6/21)

Dari hadits di atas, jika kita renungi dengan mendalam maka akan tergambarkan bahwa Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya mengenai kewajiban anak kepada orangtua, dan apa-apa saja hak orangtua yang harus dipenuhi oleh anak-anaknya.

Dan perintah untuk berbuat baik pada orangtua tidak hanya dijelaskan dalam hadits saja, Namun dalam berbagai ayat dalam Al Quranul Karim, Allah senantiasa mengingatkan pada hambaNya untuk senantiasa berbuat baik pada orangtua, salah satunya adalah ayat-ayat berikut,

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,



وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. ( QS. An-Nisa’: 36)

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا

Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra’: 23)

Dalam dua ayat diatas dijelaskan dengan sangat gamblang, Bahwa kewajiban manusia selain menyembah Allah dan tidak mempersekutukanNya adalah berbuat baik kepada orangtua, Dan ini tidak hanya disebut sekali dua kali dalam kitab suci Al QUr'an, Namun hampir ayat yang menyuruh manusia untuk menyembah Allah pasti akan diiringi dengan perintah untuk berbuat baik pada orangtua.

Itulah mengapa keutamaan berbuat baik kepada kedua orangtua atau birrul walidain ini sangat tinggi pahalanya dan sangat mulia nilainya di sisi Allah. Bahkan Allah pun tidak tanggung-tanggung dalam memberi penghargaan kepada mereka yang berbuat baik kepada kedua orangtuanya.

Menyia-nyiakan Tiket Masuk Surga

Suatu ketika, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sedang duduk bersama para sahabatnya. Tiba-tiba, Rasulullah mengucapkan “Amin”-“Amin”-“Amin”. Sahabat-sahabat yang ada di sekeliling beliau lantas terkejut. “Ya Rasulullah, mengapa engkau tiba-tiba mengucapkan amin sampai tiga kali?” telisik para sahabat.

Rasulullah pun menceritakan bahwa dirinya kedatangan malaikat Jibril yang menyampaikan tiga hal dan menyuruh beliau mengucap amin setiap Jibril menyelesaikan perkataannya. Salah satu hal yang disampaikan Jibril terkait dengan orangtua. Kata Jibril, celakalah, hinalah, orang yang menjumpai kedua orangtuanya —maksudnya; mengalami hidup bersama dengan kedua orangtuanya—tapi hal itu tidak membuat dirinya masuk surga.

Kenapa Rasul sampai berkata demikian? Jawabannya satu. Karena ini menunjukkan ruginya orang yang tidak berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Padahal dengan hidup bersama orangtuanya, dia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk berbuat baik kepada mereka. Kesempatan yang berganjar tiket untuk memasuki surga Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka abai pada mengurus dan merawat orangtua sama dengan menyia-nyiakan sebuah tiket untuk masuk surga.

Kalau sedemikian besar balasan yang Allah berikan, lalu mengapa kita dengan mudahnya melalaikan kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua bahkan merobek-robek tiket menuju surga ini?

Mungkin ada beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang tidak menjalankan kewajiban tersebut. Misalnya, semasa kecil sang anak tidak mendapat perlakuan yang baik dari orangtuanya, atau anak enggan merawat orangtua dengan alasan hanya akan merepotkan, atau secara ekonomi anak berkekurangan sehingga khawatir tidak mampu memenuhi kebutuhan orangtua, dan sederet alasan lainnya.

Namun bagaimanapun juga, hambatan-hambatan tersebut hendaknya tidak dijadikan alasan untuk menyepelekan kedua orangtua kita. Dengan mengandung, melahirkan, merawat kita, dan membesarkan, itu saja sudah menjadi bukti betapa besarnya jasa orangtua kepada anak. Jasa mereka tak akan pernah bisa terbayarkan!

Apalagi jika sang anak menolak merawat orangtua dengan melontarkan kata-kata ‘toh saya tidak minta dilahirkan’, jelas hal ini tidak bisa dibenarkan secara syariat maupun hakikat.

Karena kita ada karena takdir Allah, dan orangtua berjasa besar dalam hidup sang anak. Bayangkan seandainya Anda ditakdirkan menjadi seekor kera, misalnya.

Maka sudah sepatutnya kita bersyukur diciptakan Allah sebagai manusia yang mempunyai bentuk paling sempurna diantara makhlukNya yang lain, kemudian bersyukurlah karena berkat orangtua kita dirawat dan dididik hingga besar.

Dan berbicara tentang materi pun sebenarnya tidak terlalu berarti bagi orangtua, sebab semakin lanjut usia semakin sensitif pula mereka. Membahagiakan batin dan perasaannya.

Memberikan hati kita sepenuhnya kepada mereka, memberi perhatian yang besar untuk mereka, sesungguhnya jauh lebih berarti daripada memberi materi.

Namun, selama kita mampu, upayakan untuk memenuhi kebutuhan materi orangtua. Namun, jika kemampuan Anda di luar itu, ingatlah, Allah tidak membebani seseorang di luar kesanggupannya.

Semoga bermanfaat, Wallahu A'lam.
LihatTutupKomentar