Barang Siapa Hari Ini Lebih Baik dari Hari Kemarin, Maka…
Tentunya kebanyakan kita pernah atau sering mendengar khatib atau penceramah menyampaikan sebuah hadits nabi yang berbunyi seperti ini:
“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”
Ilustrasi Orang Berjalan |
Kebanyakan khatib atau penceramah tidak menyebutkan derajat hadits ini. Oleh karena itu mari kita coba meneliti beberapa riwayat dari hadits ini.
1. Abu Nu’aim Al Ashbahani meriwayatkan di dalam kitab Hilyatul Auliya dari jalan Ibrahim bin Adham, dia berkata: telah sampai kabar kepadaku bahwa Al Hasan Al Bashri bermimpi bertemu Nabi SAW. Dia berkata: “Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat.” Lalu Rasulullah menyebutkan hadits yang mirip dengan hadits di atas.
Sanad hadits ini lemah karena sanad antara Ibrahim bin Adham dan Al Hasan Al Bashri terputus karena Ibrahim menggunakan lafazh “telah sampai kabar kepadaku” (balaghani). Bentuk kalimat seperti ini tidak memberi faidah ittishal (bersambung sanad) sampai diketahui siapa yang mengabarkan kisah ini kepada Ibrahim.
2. Diriwayatkan di dalam kitab Musnad Al Firdaus, dari jalan Muhammad bin Sauqah dari Al Harist bin Abdillah Al A’war dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah SAW).
Sanad riwayat ini sangat lemah karena Al Harits bin Abdillah Al A’war adalah seorang pendusta.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad Dailami sebagaimana disebutkan oleh As Sakhawi di dalam kitabnya Al Maqashidul Hasanah. Di sana beliau juga menerangkan tentang kelemahan hadits riwayat Ali bin Abi Thalib ini.
3. Abu Bakar Al Qurasyi meriwayatkan di dalam kitab Al Manamat Al Hasan bin Musa Al Khurasani dari seorang syekh dari Bani Sulaim, dia berkata: “Saya bermimpi bertemu Rasulullah. Lalu saya berkata: ‘Wahai Rasulullah bagaimana kabar anda?’ Nabi menjawab: ‘Saya akan memberimu sebuah hadits.’ Saya katakan: ‘Sampaikanlah hadits itu kepada saya.’ Lalu Nabi menyampaikan hadits di atas.
Sanad hadits ini lemah karena identitas syekh Bani Sulaim itu tidak diketahui (majhul) sehingga tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.
4. Hadits ini juga disebutkan oleh Al Ghazali di Ihya ‘Ulumuddin dari Abdul Aziz bin Rawwad. Dia berkata: “Saya bermimpi bertemu Rasulullah. Saya berkata: ‘Wahai Rasulullah, berilah wasiat kepadaku.’
Al Hafizh Al ‘Iraqi di dalam takhrijnya terhadap Ihya ‘Ulumuddin berkata: “Saya tidak mengetahui hadits ini kecuali dari kisah mimpinya Abdul Aziz bin Rawwad, … dst … Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di dalam kitab Az Zuhd.
Dari beberapa jalan riwayat hadits ini tampak bagi kita akan kelemahan sanad-sanad hadits ini. Selain itu, kisah-kisah ini merupakan mimpi tidur, bukan berupa hadits yang diucapkan langsung oleh Nabi saat beliau masih hidup. Oleh karena itu tidak boleh dikatakan ucapan di atas sebagai sebuah hadits Nabi SAW